Kamis, 26 November 2009

YUNI_TUGAS HARI KE-3

KEHAMPAAN


Setiap aku mulai mengambil langkah dan berjalan, seakan ada kehampaan dan kekosongan dalam hati untuk terus berjalan dan melangkah ke depannya. Tak ada yang bisa mengerti betapa aku butuh mereka untuk mendampingiku dalam suka dan duka.
Aku termenung sendiri dalam keramaian orang. Sepi kurasakan. Banyak teman yang menemaniku, tapi tidak ada yang bisa membuatku bergairah. Aku bias bergembira dengan merangkai senyum termanis dari bibirku. Tapi hatiku hampa terasa.
Entah apa yang kurasa. Aku bingung. Aku hanya tahu bahwa diriku ini bingung dan merasa hampa. Aku ingin melakukan sesuatu, tetapi ku tak tahu. Ada sesuatu yang tak ku mengerti yang membuatku ragu untuk melakukannya.
Aku seakan-akan terombang-ambing dalam kekosongan pikiranku ini. Aku ingin ada yang mengerti semau ini. Tapi kenapa pada saat aku butuh seseorang untuk mencurahkan isi hatiku, mereka malah tak satu pun ada. Aku sendiri, terpuruk sedih.
Teman dihati seolah pergi menjauh. Dia tidak mau mengerti dan peduli padaku. Dia egois. Dia hanya perlu padaku saat dia butuh saja. Dan ketika dia tak inginkan aku untuk ada dan hadir untuknya. Maka aku dilempar, dibuang dan tak dihiraukannya. Dia tak segan-segan untuk menyerahkan aku pada orang lain. Dia menganggapku seolah-olah aku ini boneka usang yang sudah tidak dibutuhkan lagi olehnya. Aku benci…
Teman dihati sudah tidak peduli. Teman-teman tidak ada yang mau mengerti. Semua pergi menjauhiku. Apa yang sebenarnya telah aku lakukan sampai seperti ini. Ya Allah…ampuni segala dosa-dosaku…aku tidak ingin keadaan yang seperti ini terus membelengguku.
Keadaan ini membuatku tidak bisa bernapas lega dan terasa menyesakkan. Aku tak bersemangat. Kehampaan itu membuatku terus, terus dan terus dipaksa untuk menikmati lamunan panjang dalam pikiran yang semberawut. Khayalanku terus berimajinasi dan bermondar-mandir dalam ilusi yang kosong.
Benar-benar hal itu membuatku tak ekspresip. Tak semangat. Tak bergairah. Aaahhh ….memang membuatk tak berdaya untuk menjalankan kehidupan ini. aku butuh orang yang bisa mengisi kehampaan dan kekosongan hatiku ini.

Rabu, 25 November 2009

YUNI_TUGAS HARI KE-2

TAK TERDUGA



Ku mulai hari itu dengan senyum yang khas dari bibir tipisku ini. Bismillah ...! Aktivitas sehari-hari seperti mencuci piring, merapikan tempat tidur, dan menyapu halaman sudah tak asing dan tak canggung untuk ku lakukan.

Hari itu tak biasa dengan hari-hari sebelumnya. Tiap pagi bumi tatar sunda ini diguyur hujan gerimis, romantis. Tapi hari itu lain,cerah terlihat sinar matahari di balik awan putih keabu-abuan. HemM...aku pun tak sabar untuk menjemur pakaian yang dari hari sebelumnya belum kering terjemur matahari.

Suasana suka cita yang terus menggejolak dalam hatiku. Hal ini membuat aku terus diliputi semangat untuk menghadapi hari-hari yang ku lalui. Aku siap-saip berangkat ke sekolah dasar tempat aku mencurahkan, menyalurkan, mendidik, dan mengajarkan semua ilmu yang aku dapat.

Mau tahu kenapa aku sangat senang menghadapi hari di waktu itu??? itu dia, aku baru punya gebetan baru. Alias pacar baru. Tapi, hatiku sebenarnya tak begitu bahagia. Mimik wajahku bisa saja bersandiwara dan menyembunyikan hal itu. Aku akan terus ceria selama hal itu tak membuatku sakit hati atau merasa tak nyaman lagi.

Di satu sisi aku ingin mempublikasikan kabar gembira ini, tapi di sisi lain aku tidak bisa membagi kebahagiaan itu pada semua orang. Karena, dia tidak mau secepat itu hal tersebut menyebar ke mana-mana. Apalagi harus tersebar ke seantero jagat raya ini. Wah,,, bisa-bisa ada masalah dech. Menyebalkan sich, cuma aku harus dapat memahami dan mengerti apa maksud dan tujuannya itu.

Waktu tak terasa, waktu pulang sekolah telah tiba. Belajar di sekolah pun telah usai untuk hari itu. Seperti biasa, guru-guru mengumpul di ruang guru membahas berbagai macam problematika yang terjadi di sekolah.waktu mengobrol telah usai, kami pergi dan pulang ke rumah masing-masing.

Aku punya janji dengan pacar baruku. Kalau sudah pulang sekolah harus main ke rumahnya. Aku senang bisa ada dan punya waktu buatnya. Aku pergi dengan perasaan tak tentu. Aku deg-degan. Tapi ku beranikan diri untuk menghadapi semua tantangan, rintangan dan hambatan yang akan menghampiriku. Bismillah...

Aku telah sampai di depan pintu rumahnya. Helaan napas panjang terus mengalir dari mulutku. Aku mulai ragu, tapi sudah terlanjur. Ku ketuk pintu itu dengan perasaan semberawut tak karuan.ada perasaan takut karena ada tantenya yang super cuek dan tegas.

Pacarku membukakan pintu rumahnya untukku. Kami mengobrol sampai tak ingat waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Matahari mulai tenggelam. Sekonyong-konyong perkataan tantenya memecah dikeheningan rumah itu. Dan sontak membuat kami terkejut. Tak kusangka dan tak kuduga tantenya mengusirku. Hati tersayat perih. Sakit sekali. Tapi aku tahu, dia melakukan hal itu karen a untuk kebaikkan kami berdua. Terima kasih tante!

Selasa, 24 November 2009

YUNI_Tugas Hari ke-1

PERASAAN




Aku melihat mereka terus memandangi wajahku. Aku tak mengerti apa yang telah terjadi hari ini. Semuanya begitu semu dan menjemukan hatiku. Aku terus dan terus ditanya apa yang telah terjadi padaku. Dan yang mereka tanyakan itu membuat aku tak kuasa untuk menjawabnya. Yang ku mengerti hanya ada rasa malu yang terus menyelimuti hati dan perasaan ini.
Aku tak kuasa menyembunyikan rasa malu itu,. Walau terus ku tahan dan ku simpan dalam-dalam agar mereka melihat aku tegar dan percaya diri. Tapi dalam hati itu semua bohong, aku terus bersandiwara dalam memainkan raut dan mimik wajahku. Aku hebat??? tentu, hebat dalam dunia kebohongan. Aku hanya seorang pembohong terdahsyat di dunia. Aku tak mau teman-temanku tahu semua tentangku tak benar dan tak nyata adanya. Huh...Aku bingung...
Apa yang harus aku lakukan??? kepercayaan diri yang ada padaku luluh lantah seketika dan sekejap kedipan mata tak punya harga dan dinding benteng kekuasaan untuk menyembunyikan galau dan bimbang juga malu itu. Semua itu terjadi karena ada sesosok adam tak berperasaan, dia mengejekku dengan dan tanpa ada sedikit pun raut di wajahnya rasa bersalah. Menyebalkan...
Memang menyebalkan terus di rasuki, dihantui, dan dibayang-bayangi kejahatan terdahsyat, bohong. Aku ingin jujur, jujur pada semuanya. Tapi aku harus memulainya dari mana. Aku tak tahu. Hanya helaan napas panjang yang terus ku lakukan setiap mau berkata jujur dan akhirnya itu semua tak bisa ku lakukan. Aku bodoh...
Ketika aku berhasrat dan berkeinginan mengungkapkan semua, sontak aku tak berdaya karena aku takut mereka membenci , menghina, mengolok-olok, dan yang paling ku takuti adalah dijauhi oleh teman-temanku. Aku berpikir mungkin hanya waktu yang akan memberi tahukan semuanya pada mereka. Atau, aku sendiri yang akhirnya mengungkap semua kebohongan terbesar itu. Benar-benar waktulah yang terus mengatur waktunya sendiri.
Akhirnya, ku hanya bisa bersembunyi dalam topeng kebohongan. Kebohongan dalam menyembunyikan luka yang terus kubalut dengan plester. Luka itu ada karena kesalahan dalam mengobati luka di wajahku sendiri yang mengakibatkan kulit dari sebagian wajahku terkelupas, karena kekeringan dan akhirnya warna kulit wajahku tak merata. AhH....Aku malu...terbongkar dech!!!

Kamis, 19 November 2009

Judul Makalah : Gerakan Pemurnian wahabi : Muhammad Bin Abdul Wahhab ( 1115-1206/ 1701-1793 )
Penulis : Mulyawan S. Nugraha
NIM : 066. 1076 ( No. Urut absen : 23 )




KRITIKKAN


Kebaikkan
- Judulnya memakai huruf kapital semua dan berada di tengah-tengah.
- Sub bab ditulis dengan huruf kapital.
- Bagian isi dan bagian penutup penomoran halamannya diketik pada batas kanan atas.
- Pendahuluan yang kreatif, yang mampu merangkul atau mencuri perhatian pembaca banyak menggunakan istilah yang membuat penasaran pembaca. Sehingga mendorong pembaca untuk membaca bagian-bagian berikutnya.
- Adanya landasan teori. Memuat uraian atau pendapat tentang hasil-hasil penelitian yang pernah ada dan memiliki kaitan dengan materi atau bahasan makalah yang bersangkutan.
- Bagian penutup penomoran halamannya diketik pada batas kanan atas.
- Teknik penulisan penomoran bab serta perinciannya berurutan dan sistematis.


Keburukkan
- Tidak adanya rumusan masalah dan tujuan penelitian.
- Penomoran pada halaman pada bagian pendahukuan atau pada halaman pertama dari tiap bab tidak di ketik di tengah-tengah pada bagian bawah.
- Banyak menggunakan kata istilah atau bahasa yang tidak mudah di cerna pembaca secara lebih luas dari berbagai lapisan masyarakat harusnya menggunakan bahasa umum. Sehingga mudah dipahami oleh masyarakat umum.
- Penulis tidak konsisten dalam menulis kata Al- Quran.
- Pada halaman 6 penulisan lambangan tingkat tidak sesuai EYD. Seperti : Abad ke 12 Hijriyah. Seharusnya, Abad ke-12 H.
- Pada penulisan catatan kaki tidak ada tanda koma yang di pakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki,atau pada bagian untuk memisahkan bagian nama dengan judul buku. Seperti catatan kaki pada halaman M.Amien Rais. Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta ( bandung : Mizan, 1995 ), halaman 116-128. Seharusnya : M. Amien Rais, Cakrawala Islam : Antara Cita dan Fakta ( Bandung : Mizan,1995), halaman. 166-128.
- Makalah tersebut tidak sistematis dalam penyusunannya.
- Bagian penutup pada makalah ini merupakan sub bab dari BAB Pembahasan. Sehingga, makalah ini urutan penyusunannya tidak sistematis. Seharusnya bagian penutup itu adalah bagian dari BAB Kesimpulan.Penutup merupakan bagian akhir yang dibaca pembaca, yang akan membentuk penjelasan atau persoalan yang diketengahkan.
- Tidak dilengkapi dengan daftar pustaka, yag memaparkan karya ilmiah lain yang di gunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain atau pembaca, penulisan karya ilmiah rujukan tersebut perlu memuat nama pengarang, judul buku, penerbit, kota penerbit dan penerbitnya.

Jumat, 06 November 2009

ORTU-ANAK

BIKIN JEMBATAN KOMUNIKASI

Kalau pada hakikatnya ortu dan anak bisa jalan bareng, lantas kenapa mesti sering-sering pecah 'perang dingin' ?
Ortu dan anak pada dasarnya punya kesamaan prinsip, cuma jalannya yang kadang-kadang berbeda. Memang sih, konflik itu nggak melulu mesti dianggap sebagai benih bagi lahirnya ' perang dingin' ortu-anak. Bagi kehidupan manusia, itulah yang disebut dengan bumbu kehidupan. Selama ortu dan anak mampu mengelola konflik itu dengan baik, bumbu kehidupan itu akan makin menyedapkan hubungan mereka. Tapi sebagai manusia dengan pribadi masing-masing berbeda. Ortu dan anak kerap terjebak ke dalam daerah konflik yang potensial menimbulkan 'perang dingin'. Ini yang perli diwaspadai.
Menjaga konflik itu agar tidak menjelma menjadi perang dingin adalah kewajiban kedua belah pihak. Tapi sudah menjadi rahasia umum bahwa ortu-lah pihak pertama yang dituding oleh berbagai kalangan sebagai biang keladi lahirnya remaja-remaja bermasalah. Lalu siapa yang membela ortu kalau kita juga ikut mengkambinghitamkan beliau-beliau? Tidak ada, kecuali diri ortu itu sendiri. Padahal, seperti halnya anak, ortu juga manusia biasa yang perlu in put dari orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, sudah saatnya kita nggak lagi melulu menuntut ortu agar tampil perfect bak malaikat, sementara di sisi lain kita pasif alias nggak berbuat apa-apa. Akan sangat bijak dan terasa bermanfaat jika kita mulai mengubah potensi bentrok menjadi dialog. Mulailah untuk calm down. Orang bijak bilang, konflik itu seperti air keruh. Jangan mengaduknya, karena sebentar lagi ia menjadi jernih.
Jadi, ketimbang mengaduk-aduk masalah sehingga bertambah keruh, di samping juga menguras tenaga dan pikiran, akan sangat bermanfaat jika kita mengubahnya menjadi jembatan komunikasi, misalnya meladeni 'serangan' ortu dengan diskusi yang menarik. Tentu saja, sebagaimana lazimnya diskusi, kita harus menjaganya agar kita maupun ortu tidak terjebak ke dalam debat. Serangan ortu bisa kita 'tangkis' dengan cara membikin jembatan komunikasi, seperti:
  • Tangkis konflik dengan teknik air menetes. Yakinlah bahwa air yang menetes secara terus-menerus akan membuat batu menjadi berlubang. Demikian juga sikap keras ortu. Jika meladeninya dengan sikap serupa, yang terjadi adalah perbenturan keras yang bakal minta korban, dan korban itu tak lain adalah kita sendiri.
  • Tangkis 'otoriterisme' ortu. Prinsip otoriterisme ortu sesungguhnya muncul akibat setiap ketergantungan kita masih sangat tinggi kepada beliau. Kalau kita bisa memegang pekerjaan-pekerjaan yang dapat mengurangi beban ortu, kenapa cuma berpangku tangan saja?
  • Tangkis pembatasan gerak dengan menunjukkan kemampuan membawa diri. Asumsi ortu dalam membatasi gerak anak adalah logika " jika-maka". Misalnya, jika kamu lemah maka kamu akan dikerjai orang. Dengan menunjukkan kemampuan diri sedikit demi sedikit ortu mulai membuka "gembok" pembatasan gerak itu.
  • Tangkis kuper ortu dengan memberinya akses berwawasan. Tidak semua ortu dalam membuat peraturan berdasarkan pengetahuan. Ada semata-mata karena rasa khawatir yang berlebihan. Inilah saatnya kita memberi ortu akses untuk memperluas wawasannya. Misalnya dengan menghadiahi beliau sebuah buku tentang teknik menjadi ortu yang efektif atau memberinya tiket seminar tentang komunikasi ortu dan anak.
Nah, jika jembatan komunikasi itu sudah terbentang, akan terasa betapa setiap perbedaan di antara ortu dan anak selalu punya penjelasan. Karena itu merupakan komunikasi dari dua 'dunia' yang berbeda.