Kamis, 22 Oktober 2009

SESALKU

SESALKU

Aku menunggu teman-teman menunaikan shalat Dzuhur. waktu itu saya lagi haid, jadi tidak ikut ke Mushola. Hanya bisa duduk di bawah depan kelas XII IPA 1.Oya, ini cerita waktu aku masih di SMA. Nama sekolahku SMA Pasundan Kota Sukabumi.
Aku masih menunggu mereka sendirian, mereka lama sampai-sampai aku bengong sendirian dalam suasana keheningan sekolah. Aku terlena dalam kesendirian pikranku melayang bebas merangkai imajinasi. Aku melamun, melamun, dan melamun.
Ada suara yang sontak memecahkan keheningan dan lamunan yang penuh imajinasi itu berhamburan.Suara itu memanggil namaku. Dia teman laki-laki ku namanya Pirjal. Dia menghampiri dan memberikan secarik kertas kepada ku. Aku tak mengerti apa maksudnya memberikan itu padaku ??? Dia hanya bilang baca & pahami. Oya dia bilang kalau itu pemberian Babam, nama panggilan yang sudah lengket padanya, yang didapat dari teman-temannya. Nama aslinya adalah Ramdan. Ternyata Pirjal hanya kurir yang disuruh oleh Babam.Pirjal pergi sambil senyum-senyum tanda bahagia, aneh. Segera ku baca tulisan dalam kertas itu.
Sesuatu Yang Tak Pasti
Kupikir ini hanya angan dalm hidupku
Ku berharap kau mengerti semua ini
Sekarang disini ku seorang diri
Dalam sepi menanti sesuatu yang tak pasti
Saatku pandangku pandang indah wajahmu
Hati ini bergetar tak tentu
Ku terdiam, terpukau penuh harap
Hanya asa dan khayal yang ku dekap
Kupandangi langit di malam sunyi
Kutatap rembulan dan bintang yang berseri
Namun apa arti semua ini
Ku hanya bisa berharap sesuatu yang tak pasti

By : Ba_Bams
Keningku bergurat-gurat menyelami maksud kata-kata yang tertulis dalam secarik kertas itu. Sebuah rangkaian indah yang memuat hatiku terenyah-enyah dan berperasaan lain.
hhhmm, Baban ??? secarik kertas berisi puisi ??? maksudnya pa ??? hati dan pikiran ku melayang penuh tanya. Aku terbengong hanyut dalam lamunan. Aku terkejut, teman-teman yang dari tadi aku tunggu baru muncul. Mereka menanyakan secarik kertas yang berisi puisi itu. Mereka membacanya dan menerka-nerka maksud isinya. Mereka bilang itu puisi ungkapan perasaan cinta dari Babam buatku.
Cinta??? Aku terkejut. Apa mungkin seperti itu. Sepanjang jalan dan sesampainya di rumah pikiranku terisi penuh tentang Babam, puisi dan cinta. Terus kupandangi dan kubaca puisi itu. Aku tetap tak mengerti.
Babam bersekolah di STM Pasundan mengambil jurusan otomotif. Aku mengenalnya sejak dia mendekati dan menyatakan cinta kepada temanku yang bernama Erni. Erni menggantungkan jawabannya karena waktu itu dia sedang menunggu kepastian cintanya dengan Usep. Ternyata Usep tidak bisa berhubungan dengan Erni karena dia belum mau berpacaran. Karena, dia sedang asyknya menikmati kebersamaan dengan teman-teman lelakinya.
Memang Erni mencintai Usep. Tapi, dia juga menyukai Babam. Sehingga dia memberi kesempatan kepada Babam.Erni memang tidak menolaknya. Tapi dia berjanji cerita cintanya akan dimulai pada waktu dia kelas XI. Erni meminta waktu karena dia baru sja putus cinta.
Janji tinggallah janji. Erni tidak bermaksud mengingkari janji. Dia disuruh oleh orang tuanya untuk tinggal bersama di Malaysia dan menetap di sana. Dia melanjutkan sekolahnya di sana. Dia belum sempat berpamitan dengan kami dan Babam. Hanya lewat telpon dan sms, dia berpamitan dan meminta maaf.
Kami kecewa pada Erni. Tapi, kami tahu itu bukan maunya. Mendengar Erni pergi, Babam tak dapat berkata apa-apa. Yang tergurat jelas diwajahnya hanyalah kepedihan. Bbam anak yang baik, murah senyum, ranah dan sopan, serta rajin dan pandai.
Waktu berlalu, tak terasa aku dan Babam jadi teman baik. Kita sama-sama aktif di OSIS. Walau beda sekolah tapi satu yayasan dan segerbang.
Suatu hari Babam menyuruh Pirjal untuk menjemputku menemuinya. Aku dan Babam bertemu di ruang kelas SMP Pasundan. Kami duduk berdua. Suasana mulai hening, lama sekali dia belum memulai percakapannya. Aku mencoba untuk menghangatkan suasana agar tidak membeku dengan kekakuan dan kecanggungan. Akhirnya dia pun memulai percakapan inti. Dia menyatakan cinta kepadaku. Aku tak menyangka hal itu bisa terjadi.
Dia bilang bisa menyukaiku karena aku mirip dengan Erni. Itu berarti dia terus mengingatmya. Ada kepribadianku yang mirip gengan Erni. Dengan mantap dan tegas aku menolaknya. Aku memang menyukainya, tapi hanya sebatas itu tak lebih. Maafkan Aku Babam...
Babam tak mempermasalahkan hal itu. Dia pengertian. Kita memang cocok sebagai teman saja.
Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa kita mulai menginjak kelas XII. Babam bercerita katanya dia akan pergi ke Jepang karena dia salah stu murid yang terpilih. Dia selalu berusaha mempelajari bahasa Jepang. Dari muli itu, dia sering sakit-sakitan. Jarang masuk sekolah.
Selang beberapa minggu, aku tak melihatnya. Ada yang bilang dia sedang sakit. Aku berpikir mungkun itu hanya sakit biasa. Tapi, waktu itu Pirjal mengatakan Babam mengalami komplikasi. Dia tidak dirawat di rumah sakit. Karena orang tuanya tidak mempunyai biaya. Makanya dia hanya dirawat di rumah saja dengan perawatan ala kadarnya.
Aku tertegun, aku ingi menangis. Aku menahan tangisku sampai-sampai tenggorokanku sakit. Rasanya bersedih saja tidak cukup untuk membangunkan Babam yang tengah terbaring tak berdaya. Aku berdoa dalam hati. Terus saja berdoa. Aku ingin Babam kembali seperti sedia kala. Sehat, ceria dan bersemangat.
Aku dan Cihie berencana menjenguk Babam ke rumahnya. Tapi, sekonyong-konyong Mihie dan Lilik mengajak main. Karena waktu itu kelas kami pulangnya cepat. Aku dan Cihie merasa ingin sekali menjenguk Babam. Entah kenapa kami berdua merasa ada perasaan yang memaksa dan mendorong kami untuk menjenguk Babam. Tapi kami juga ingin main bersama Lilik dan Mihie. Ternyata kami luluh oleh bujukan mereka agar mau main dulu sebelum pulang ke rumah.
Walau asyik bermain, tapi pikiranku terus tak henti-hentinya memikirkan keadaan Babam. Perkataan, pandangan mata dan pikiranku tak menentu. Galau...
Pagi menyambutku dengan hangatnya mentari yang mencairkan kebekuan yang terus mendekapku. Aku pergi ke sekolah seperti biasa. Sesampainya di sekolah, aku bertemu dengan Pirjal. Dia terlihat sedih. Dia menghampiriku dan berkata sesuatu yang tak ingin kudengar. Sesuatu yang membuat hatu, jantung, sorotan mata dan pikiranku sontak terkaget. Dia menyampaikan berita kalau babam telah berpulang pada sang kholik. Kakiku lemas, sejauh mata memandang hanya kekosongan yang terlihat. Seketika jiwaku seakan-akan tercabik-cabik.
Air mataku tak terbendung. Secepatnya aku berlari ke kelas. Disana ada cihie. Dia pun sudah mengetahuinya. Tangisku membeludak. Aku hanya bisa menyasali, karena kemarin tidak bisa menjenguknya ketika sakit. Dan aku bisa menemuinya setelah dia terbaring kaku tak bernyawa.
Kepergian babam memang menyesakkan semua orang. Kini aku hanya bisa berdoa semoga iman dan islammu di terima oleh Allah SWT dan di ampuni segala dosanya. Maafkan aku babam...
Setiap aku membaca lirih puisi yang di berikan babam 2 tahun yang lalu. Aku merasakan kepedihan. Kematian babam memang sangat memilukan dan banyak meninggalkan kenangan manis. Kenangan yang meski terasa singkat namun tatap meninggalkan kesan yang terindah dalam hidupku.